Penulis : Pradnya Paramitha Penerbit : GetBooks Tahun : 2021
I know it is supper late review. but here’s we go! Kayanya sudah rahasia umum kalau saya tuh bucin banget sama karya – karyanya Pradnya. Setelah membaca buku ini makin menjadi – jadi. Tanpa banyak basa – basi marilah kita mulai review ini.
Sinopsis
Sudah jatuh, tertimpa tangga, terinjak-injak pula. Barangkali itu kiasan yang tepat untuk hidup Nana. Di usia 28 tahun, ia kehilangan pekerjaan. Kantornya terus menerus merugi dan akhirnya gulung tikar. Jangankan mendapat pesangon, gajinya selama 3 bulan terakhir saja belum dibayarkan.
Setelah kehilangan pekerjaan, Nana juga diusir dari kontrakan karena tidak bisa membayar. Lucas, pacarnya selama empat tahun terakhir, juga tak membantu. Malahan pria itu menikamnya di saat-saat terburuk.
Menjadi pengangguran, tak punya tempat tinggal, dan sepaket tagihan serta utang yang harus dilunasi, membuat Nana kalang kabut mencari solusi. Satu-satunya orang yang bisa membantu adalah Jagad, sahabat konglomeratnya di bangku kuliah, yang selama ini ia hindari.
Nana tahu bahwa menerima bantuan Jagad bukanlah pilihan yang bijak. Namun, untuk bertahan hidup saat ini, Nana memang tak punya banyak pilihan, bukan?
Review
Awal membaca buku ini saya dibuat bertanya – tanya, kenapa sih judulnya harus ada kata “sia – sia” kan jadi negative thinking, tapi pas diending judulnya pas banget sama isi novelnya.
Kalau saya bisa nanya langsung sama kak Pradnya, pengen deh nanya “Kak, lagi ada masalah apa sih? Kok yo, bikin karakter disiksa mulu.” Dari awal Nana tuh diceritain udah kena PHK, nggak punya tabungan, eh ditambah diputusin sama cowoknya.
Solusinya udah ada kok tinggal ditemukan. Coba dipikir dengan kepala dingin aja. Tarik napas dalam – dalam, dan kalau terlalu lelah, duduk dulu aja nggak apa – apa. Ini bukan waktu yang tempat untuk menyerah. Saya yakin kamu bakal tetap bisa berdiri tegak
Buku ini tuh termasuk slow building, kita pelan – pelan diajak kenalan sama karakter utamanya, Jagad dan Nana, dan juga karakter sekitarnya. Masalahnya pun bahas pelan – pelan, kaya lagi pakai skincare, satu per satu layer masalahnya dimunculkan dan diselesaikan.
Sepanjang membaca buku sini, saya banyak menghela napas, diam dulu, tergoda buat rehat, karena rasanya nggak sanggup buat lanjutin, tapi kenyataanya buku ini habis saya babat dalam beberapa jam aja. Cara Pradnya bertutur tuh makin lama makin keren, biarpun dibuat berdarah – darah sama ceritanya, tapi I couldn’t stop for read this book, even I read twice in the short time.
Penokohannya juga oke, nggak saja dideskripsikan secara visual, tapi juga secara emosional. Jadi kita seperti mengenal tokohnya. Kita bisa simpati abis – abisan sama Nana dan rasanya mau peluk dia, dan kita juga bisa jatuh cinta abis – abisan sama Jagad. Nggak cuma tokoh utama aja, tapi juga tokoh – tokoh pendukungnya. Sebut saya mami Liliana yang mulutnya minta ditujes. Semua adegannya juga nggak sia – sia, ada maksud dan tujuannya. Eh tapi ku berpikir, kenapa tiba – tiba Restu hilang begitu aja?
Saya suka sama bantern Nana dan sahabatnya, lucu tapi sarkas tapi benar juga. Monolognya Nana juga, bikin ketawa – tawa miris. Bagian yang saya paling suka dari buku ini, tuh epilog. Email Jagad, dia rela mengorbankan dirinya demi kebahagian Nana. I had ugly cry when read this part. Makanya, I had unpopular opinion, saya lebih suka versi ending di buku, lebih pol sakit dan berdarah – darah.
“Nana, kadang jatuh cinta itu nggak pake tipe. Emangnya beli rumah, tipenya kudu disesuaikan sama bujet?”
Bukan Pradnya rasanya kalau nulis novel tanpa ada nilai – nilai yang diangkat. Yang saya tangkap ada beberapa :
- Punya tabungan dan dana darurat itu perlu gengs. Apalagi dalam kondisi saat ini. We will never know the future. Jangan sampe kejadian kaya Nana, karena kita bukan Nana yang punya Jagad 😆😆.
- Jangan terlalu sebel sama orang lain, siapa tau di lain hari kita butuh orang itu.
- Cowok kaya Lukas tuh banyak banget.
- Tentang Restu dan “pikirannya”. Sadly, masih banyak yang memandang status perempuan seperti Restu.
- Tentang status sosial. Yeah, itu semua masih ada dan nggak bisa dipungkiri.
- Biarpun hidup udah bikin kita berdarah – darah, tapi percaya bahwa semua nggak ada yang sia – sia.
- You can choose your own happiness.
Overall, buku ini saya sangat rekomendasikan untuk dibaca. Karena sangat spicy, chruncy dan juga sweet. If you are romance lovers, you should read this one. Pesan saya, siapin tisu sama pandol 😆😆.
Aku tidak wajib melakukan ini dan itu untuk membuat seseorang mencintai dan memilihku. Namun aku wajib mengupayakan banyak hal agar aku bisa mencintai dan selalu memilih diri sendiri.